April 14, 2009

Refleksi Diakonia FM Pematangsiantar.

Pada hari Minggu lalu 21 September 2008, bertempat di Aula Asrama SMK HKBP jalan A.Yani Pematangsiantar dilakukan pagelaran pertemuan fans Radio Diakoni FM 107,8 mhz dengan para fans dan dihadiri oleh komunitas ’suara nafiri Polresta Pematangsiantar’, Direktur Pengmas HKBP Pdt Rejustin Gultom Sth, Pdt Pardede pengelola radio komunitas ini. Acara ini diisi dengan pagelaran Suara Nafiri Polresta Pematangsiantar.

Pertemuan ini, merupakan refleksi perjalanan radio Diakonia yang sudah berlangsung hampir satu tahun dikemas dalam bentuk acara rohani yang diawali dan diakhiri dengan ritus gerejani. Tujuannya adalah agar radio Diakonia dapat memperoleh masukan-masukan untuk pengembangan kapasitas lebih lanjut.

Dalam kegiatan ini digelar acara perkenalan dari para crew dari Diakonia FM dan masing-masing mencetuskan isi hatinya, beberapa diantaranya adalah :

1. Pengelola teknis radio Diakonia FM, menyatakan secara gamblang bahwa : Pada awalnya saya sungguh tidak bisa membayangkan bahwa sebuah komunitas yang demikian besarnya tidak mempunyai radio komunitas. Kenyataan inilah yang menjadi inspirasi dan motivasi bagi saya untuk mewujudkan radio Diakonia FM. Perencanaan mendirikan radio komunitas ini telah direncanakan sejak tahun 2002, namun terus tertunda-tunda dan hanya menjadi bahan diskusi dalam berbagai pertemuan, kemudian dibicarakan lagi pada tahun 2007 dan baru dapat diwujudkan pada awal tahun 2008.
2. Penyiar radio, menceritakan suka-duka dalam menjalankan tugas penyiaran tanpa dukungan ‘kebutuhan dasar esensial’ dan tanpa insentif yang jelas.

Tanggapan dan Saran dari fans :
  1. Tentang kualitas penyiaran dan jadwal yang tidak teratur.
  2. Membentuk komunitas fans yang nantinya diharapkan akan menjadi salah satu sumber pembiayaan, ataupun membuat kotak donasi.
  3. Pengusulan pembiayaan dari HKBP Pearaja dan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

Tanggapan :
Saya mengikuti dan berpartisipasi dalam perkembangan radio Diakonia ini sejak awal yang dimulai dengan keprihatinan namun dengan semangat yang kuat. Pada saat peresmiannya satu tahun yang lalu saya menyampaikan apa yang tersirat didalam hati saya yang menjadi pengharapan saya terhadap missi dari radio komunitas ini. Pada saat itu saya mengutip sebuah kisah dari Kitab Keluaran Injil Musa tentang Yoshua menaklukkan dan meruntuhkan tembok Yerikho hanya dengan tiupan nafiri dan sangkakala. Demikianlah pengharapan saya, bahwa radio komunitas Diakonia FM menjadi sangkakala yang akan meruntuhkan keangkuhan, kesombongan dan kegelapan didalam hati kita pada khususnya dan dikota Pematangsiantar ini. Tentu dengan firman dan kidung Tuhan.
Pada beberapa bulan yang lalu, saya mengunjungi radio ini. Saya prihatin dengan berbagai keterbatasan fasilitas bagi crew dan termasuk keterbatasan teknis (daya jangkau siaran), dan inilah yang saya usulkan kepada Pimpinan Departemen HKBP di Pearaja Pendeta Nelson Siregar Sth.

Kini, dengan segala keterbatasan ini tentulah radio Diakonia tidaklah mampu menjadi ‘nafiri dan sangkakala yang meruntuhkan tembok Yerihko’ tetapi hanyalah suara jengkrik ditengah malam,…. Namun Puji Tuhan,…. Fansnya telah semakin membanyak dan inilah yang saya lihat pada hari ini, pertemuan kita ini harus dilakukan diruangan yang besar. Puji Tuhan,………. Potensi inilah yang seharusnya diperhatikan oleh pihak Pengmas HKBP.

Saya memahami pertanyaan pertanyaan yang disampaikan oleh fans, tentang pembiayaan dengan HKBP-Pearaja, dengan Pemda, dengan NGO Emergency Caritas. Kemudian kita sama-sama mendengar bahwa ada cerita pemecatan. Kenapa,………….? Kelembagaan dari Diakonia FM belum ditetapkan secara definitif oleh pihak yang mempunyai otoritas di HKBP Pearaja. Tentu saja dengan kelembagaan yang belum jelas niscaya capacity building dapat terlaksana.

Pada suatu kunjungan ke Radio ini saya membawakan beberapa keping CD yang berisikan berbagai lagu-lagu ‘christian-themed’ dan saya memperoleh respon bahwa ini boleh dan itu tidak boleh, dengan determinan tidak jelas sama sekali, sedang menurut seorang teman yang berkedudukan di Pearaja menyatakan bahwa HKBP tidak tertutup terhadap Christian comtemporary musik.

dikutip dari : taradigadingdangdong.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar