"Kusakiti Engkau Sampai Perut Bumi"
(Sebuah Evaluasi Reforestrasi (reboisasi) dan sosialiasi, bersama Ani Kartikasari, Konsultan Allience Religion Conservation (ARC) dan Pengmas HKBP)
Di Samosir, 4-7 Mei 2005
Pengantar
Allience Religion Conservation, (ARC), Aliansi agama agama dan konservasi, yang pusatnya di Meinsester (Inggris), Mei 2004 tahun yang lalu menjalin program dan kerjasama dengan HKBP lewat Pengembangan Masyarakat (Pengmas HKBP). Implementasi kegiatan dan aksi nyata diadakan dalam bentuk kegiatan Reboisasi (konservasi alam) di Samosir diadakan di 4 lokasi, seprti: Penanaman 1200 pohon produktif (dalam berbagai jenis) di Onanrunggu 2-3 Oktober 2004 yang lalu, 500 batang pohon di Pintusona (22 Agustus 2004), sekitar 10.000 di Simarmata (12-14 Nopember 2004) dan 5000 batang pohon di Tigaras 19-20 Desember 2004 yang lalu, di samping ibadah dan seminar ekologis. Kunjungan Konsurltan ARC, Ani Kartikasari kali ini bersama Pengmas HKBP, untuk Evaluasi kegiatan tahap perdana dan dan sosialisasi reforestrasi untuk tahap kedua yang direncanakan akan diadakan bulan September dan Oktober 2005 di Smosir, di samping itu ARC bersama Pengmas membangun kerjasama dengan beberapa Gereja, LSM dan Mahasiswa, telah diadakan pada 4-7 Mei 2005, seperti di HKBP Distrik VII Samosir, di HKBP Kornel Distrik V Sumatera Timur, bersama Mahasiswa Pannes kenegerian Simarmata, dengan KALI (Konservasi Alam Lingkungan Hidup) di Medan 6 Agustus 2005. Berikut saripati dari substansi kunjungan dan sosialisai.
Kerusakan Alam yang semakin parah
Lirik dan lagu Sherina, “Tuhan marah kah kau padaku, inikah akhir duniaku…kusakiti engkau sampai perut bumi”, Substansi lagu ini, benar benar mengintatkan kita untuk setiap saat intropeksi dan mengevalasi hubungan dengan alam ciptaan Tuhan yang baik ini. Gempa bumi memang gejala alam yang tidak bisa dihindari, tetapi persoalan sekarang, apakah kita ikut memperparah situasi alam, menyakiti alam hingga perut bumi, yang akibatnya mengakibatkan malapetaka bagi sesama mahluk? Bencana telah terjadi dimana mana. Pohon dalam fungsi ganda, disamping pengembangan ekonomi rakyat, dan sejuk yang menyehatkan, juga akarnya yang teramat perlu untuk menahan deru angin dan terpaan ombak longsor, banjir. Sehingga mahluk selamat dari goncangan yang mencelakakan . Namun teganya insani membabat habis pe pohonan, demi meraup untung maksimal tidak perduli akan dampak minusnya bagi sesama mahluk. Akar pepohonan yang saling berpaut, yang juga tumbuh di tepi pantai akan mampu menahan arus dan kencangnya benturan dan ombak, sehingga mahluk akan selamat dari ancaman bahaya, namun seiring dengan kemajuan tehnologi dalam jaman neoliberalisme, tega nian dengan pondasi pondasi batu, yang ternyata kekuatannya pondasinya lemah dibanding dengan akar pohon yang saling terpaut? Sampaikapankah kita ikut menyiksa dan tidak perduli dengan jeritan alam yang semakin rusak parah ini?
Ikut dalam arak arakan penyelamatan alam.
Adanya pemikiran yang masih terukir dalam benak sekelompok agama: “ urusan mengurus tanah air dan sumber daya alam bukan urusan agama, itu adalah urusan pemerintah. Tugas kami cukup dalam urus rohani saja”, asumsi ini yang memacu insani absen dalam arak arakan penyelamatan lingkungan, demikian Ani Kartikasari dalam Evaluasi dan sosialisasi reforestrasi, konsultan Alience Religion Conservation (ARC) Pada pertemuan di distrik VII Samosir bersama Pengmas HKBP yang didampingi Pdt. Jhony Sihite, Pdt. Parinsan Simanungkalit dan Dolom Sinambela, mengambil tempat di HKBP Simbolon Ressort Simbolon yang dihadiri oleh unsur pelayan Distrik dan warga sekitar 32 orang.
Tapi benarkah demikian? Bukankah dalam ajaran Alkitab, Alquran, Hindu dan Budha dan agama agama lain, jelas sekali bahwa panggilan untuk melestarikan lingkungan., memelihara menjaga lingkungan supaya tidak rusak adalah tugas setiap orang yang beragama. Tetapi sebagai orang yang diselamatkan, kita harus mempembaharuan pola pikir kita, pola tindakan kita, rela bekerja sama dengan orang lain (stake holder), yang mendapat kekuatan dan enerji ketakuatan Yesus Kristus untuk turut menyelamatkan alam sebagaimana Kristus yang rela mati demi penyelamatan akan alam juga? Tugas ini tidak bisa ditawar tawar melihat kondisi kerusakan alam saat ini yang tinggi intensitas kersukannya tidak bisa dibiarkan namun harus ditanggulangi, lanjut Ani Kartika Sari, yang masih menekuni S3 dalam ilmu Konservasi Alam dan Satwaliar di New Zealand akhir ini.
Lagi lagi Kartikasari dalam pertemuan dengan koordinator reboisasi di HKBP Ressort Simarmata yang dipandu oleh Pendeta HKBP Ressort Simarmata Pdt. Robert Silaban dihadiri 12 koordinator lapangan dari HKBP Sangkal, HKBP simarmata, HKBP Malau, Hutaginjang, dan HKBP Simanindo.
Kita terpanggil sebagai berkat. Benar kita tinggal di dalam dunia ini hanya untuk sementara waktu saja. Alam dimana kita tinggal adalah rumah kita untuk sementara waktu, oleh sebab itu. Kita berada di dunia ini demi tugas, menjadi berkat buat alam, dimana kita tinggal. Alam adalah rumah yang telah dipercayakan Tuhan bagi kita. Rumah kita yang kecil ini, kini menderita.
Bencana alam pasti itu bagian dari proses alam yang kita tidak bisa cegah, namun tragisnya tindakan manusia berdosa lebih mempercepat dan memperparah kejadian itu dimanamana, kita lihat sendiri penabangan hutan yang merajalela, pembuangan limbah semena-mena pencemaran air yang terjadi dimana mana, .pembuangan sampah pelastik meracuni tanah, penyedotan minyak tanpa kenal ambang batas, penambangan yang tidak pernah kompromi, semuanya melukai perut bumi tidak bisa busuk, ulah keji dan tindakan yang tidak terpuji.
Semua agama terpanggil untuk menjadi sama seperti Kristus, (Efesus 4), di bumi rumah kita ini kita berlatih dan diperlengkapi agar kita sama seperti Kristus, yang walau dalam titik darah penghabisan Dia terpanggil menyelamatkan dunia ini, bumi, alam dan segala isinya (Yoh 3:16). Pada acara Minggu yang dipimpin oleh Pdt. Reinjustin Gultom, Direktur Pengmas HKBP, Pesan Kebangkitan, bahwa kita terpanggil menyampaikan tugas profetis kepada semua mahluk, bersahabat dengan alam. Sehingga bumi, alam dan segala isinya bersukacita dan bersorak sorai.
Semua orang harus berperan
Mempercayakan pemerintah semata dalam kegiatan reforestrasion, rasanya tidak tepat, sebab disamping kurangnya sumberdaya pemerintah, minim dan bahkan tidak adanya dana anggaran pemerintah dalam reboisasi, membuat kegiatan ini terbenam, demikian Ani dalam pertemuan di HKBP Ressort Simbolon, Untuk itu Seusai kunjungan di Samosir, ARC dan Pengmas HKBP pada pertemuan di Tornauli Parapat 4 Mei 2005 yang dihadiri ARC dan sekjen HKBP akan tetap melanjutkan aksi reboisasi September 2005 ini, sesuai yang disepakati pada Mei 2004 yang lalu, tanpa pernah melupakan peran dan partisipasi rakyat.
Sebelumnya aksi ini akan diawali Pelatihan dan pemberdayaan dan penguatan pengetahuan dan pembobotan teknis, teknis menyeleksi, memilih dan mengadakan pembibitan yang baik. Penanaman jenis bibit bibit lokal yang sekian lama ada, dirasa cocok dan tepat kembali dibudidayakan, dalam waktu dekat ini, pelatihan pembuatan kompos, penyediaan lahan pembibitan di Samosir dan perencanaan perpustakaan khusus di Samosir mengenai tanam tanaman.
Pada Pertemuan dengan Mahasiswa Pannes Kenegerian Simarmata di xl Jalan Singa Medan, dan pertemuan dengan KALI (konservasi Alam dan lingkungan) yang diketuai oleh Ir Jimmi Panjaitan di jalan Terompet Medan, juga Pengmas dan ARC membangun kerjasama ke depan dalam aksi reforestrasi demi pelestarian dan penyelamatan lingkungan ini.
Rekomendasi pertemuan itu agar para pendeta diberi pemahaman tanggungjawab sebagai gembala dalam melestarikan lingkungan. Dan pembenahan kurikulum pendidikan khususnya sekolah pelayan, untuk memuat kurikulum “lingkungan hidup”, karena suatu ketika para pelayan akan memasuki desa, tukas Ani Kartika mengakhiri kunjungannya di Sumatera, semoga.
Pdt.Reinjustin Gultom, Direktur Pengmas HKBP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar