Sekitar 50 kepala keluarga (KK) warga yang mendiami desa ini, menanam sayur (kangkung, sawi dan bayam ) organik di tempat ini. Mereka hanya memiliki kurang dari 10 bedegan (1 bedengan 1,5 x 30 m) namun mampu mengoptimalkan pekarangan rumahnya yang sempit ini untuk mencari untung yang besar. Kalau kita berhitung untung 1 bedengan yang ditanami sayur ini akan menghasilkan 300 ikat sayur organik. 1 ikat seharga Rp 500-1000. Dalam 1 bedengan mereka memperoleh untung Rp 300x500 = Rp 150.000, dalam waktu 21 hari. Kalau kita kalikan dengan 10 bedengan: 10x150.000 = Rp 1,500.000 dalam 21 hari. Untung sebesar ini hanya memerlukan 5 sendok makan benih bayam atau 2,5 sendok benih sawi yang dibenihkan sendiri, dan 5 sak kompos kotoran ayam.
Lebih jauh St.L.Nainggolan, yang menjabat guru huria di HKBP Purbasari ini, yang juga berhasil memperoleh untung dari tanaman sayur di lahan pekarangan sempit ini menjelaskan bahwa bercocok tanam sayur organik ini sangat sederhana: „mengolah bedengan 1,5x30 cm dengan jarak antar bedengan 30 centimeter. Diantara bedengan dibuat drainage (parit) supaya tidak banjir dikala musim hujan. Bila bedengan telah siap diratakan taburkan kompos pupuk awal, kemudian ambil 5 sendok makan benih bayam, masukkan ke sebuah ember yang sudah dicampur dengan tanah kering, pasir dan kompos, campur sehingga benih menyatu dengan pasir dan kompos di dalam ember. Kemudian tabur secara merata sepanjang lahan yang sudah diolah. Siram 1x1 hari sampai basah. Dan bila sudah tumbuh selama 4 hari, cukup disiram 1x2 hari atau 1x3 hari. Supaya kita tidak kewalahan menampung air, gali tempat penampungan air dari kamar mandi, dekat ke lahan sayur, gunakan aiar yang terbuang dari kamar mandi, untuk menyiram sayur setiap hari. Menyemprotkan pestisida Organik cukup dengan 2 kali, umur 1 hari dan 4 hari. Gampang bukan? Hanya dalam 21 hari kita akan mengantongi untung Rp 1,5 juta”, tukasnya bangga. Untung ini pasti lebih besar lagi kalau kita membuat sendiri pestisida dan kompos organik kita.
Yang luas yang kurang beruntung?
Banyak pemilik lahan luas mengeluh karena tidak pernah beruntung. „Amangoi amang....so niantusan be ngoluon“, demikian keluhan inang inang petani, berdiskusi dengan Pengmas HKBP baru baru ini. Setelah Pengmas menaya balik: „kenapa inang mengeluh? Si inang yang memang memiliki lahan luas di desa dolok Marlawan kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun itu menjawab: „Tikus keparat, ongkos ongkos produksi pertanian, pupuk, pestisida, biaya pengolahan, dan sebagainya dan sebagainya harus dikeluarkan sementara hasil pendapatan tidak seberapa, panen tidak pernah maksimal, kita terbelit hutang katanya“
Orientasi ke lahan sempit yang beruntung
Guru huria HKBP Gr.Ramses Manurung, yang kini menyelesaikan studynya di STT HKBP menjabat menjadi guru huria di HKBP Dolok Marlawan Ressort Dolok Marlawan Distrik Sumatera Timur melirik persoalan para warga, yang mayoritas petani ini. Puluhan hektar tanah terhempar luas namun banyak dari mereka yang miskin dan kurang beruntung. Kurang mampu memaksimalkan lahan dan pekarangannya untuk memperoleh untung besar. Walau mayoritas memiliki lahan luas mereka terbeban dan terbelit hutang karena permainan kapitalist neoliberalist, rentenir dan industri. Sebanyak 30 orang warga HKBP Dolok Marlawan berhasil diorganiser dan dipandu oleh Gr.Ramses Manurung bersama Pengmas HKBP pada 12 Mei 2009. Mereka mengadakan Orientasi sayur Organik ke lahan petani yang berhasil, warga HKBP Purbasari Ressort Bombongan Distrik Sumatera Timur, Kabupaten Simalungun. Oreintasi ke lahan Sayur organik, dikemas dengan kunjungan dan diskusi yang dipandu oleh St.Nainggolan, guru huria HKBP Purbasari Ressort Bombongan Distrik Sumatera Timur. Orientasi ini dimaksud untuk memotivasi peserta petani yang mengeluh karena keterpurukan ekonomi keluarga, disamping belajar dan mengembangkan wawasannya dengan budidaya tanaman di lahan pekarangan sempit untuk memperoleh untung besar, juga bercocok tanam Organik, kembali ke kompos, dengan meminimalisasi supply luar.
Praktek, berlatih dan membangun Organisasi Petani
Seusai diskusi dan ramah tamah, sebelum doa penutup diadakan tindak lanjut dari pertemuan ini. Ada 3 tindaklanjut yang disepakati: peserta sepakat akan menerapkan dilahan masing masing yang akan dicek dan dimonitoring oleh koordinator sementara, St.pakpahan dan guru Manurung,. Membangun organisasi petani sayur bagi warga HKBP Dolok Marlawan dan Sabtu 23 Mei akan diadakan latihan membuat kompos dan pestisida organik yang dibuat dari sumber daya lokal yang tersedia, agar tidak perlu membeli pupuk yang langka akibat permainan kapitalist dan neoliberalist, yang tujuannya memang mencari untung sendiri. Mempermainkan warga tani kita dan menjadikan petani menjadi budak di lahannya sendiri. Semoga Orientasi ini petani kita semakin memahami persoalan kemiskinannya akibat permainan penguasa, pengusaha kapitalist dan semakin berdaya mencari solusi untuk keluar dari persoalannya sendiri. Semoga
Oleh : Pdt.Rein Justin Gultom,STH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar